Kendati krisis ekonomi melanda industri otomotif, ternyata produsen mobil terus saja menawarkan mobil supermahal dan diproduksi dalam jumlah terbatas. Paling akhir adalah dari Mercedes-Benz (MB).
Perusahaan mobil mewah terkenal asal Jerman itu kemarin baru saja merilis New SLR Stirling Moss: mobil superroadster tanpa atap, tanpa kaca depan, dan hanya bisa ditumpangi satu orang plus pengemudinya. Harganya 750.000 euro! Kalau dikonversi ke mata uang kita, nilai nominalnya menjadi Rp 11.687.508.732. Wuaaah...
Kalau sudah begini, dipastikan akan menggeser posisi Ferrari Enzo sebagai mobil nomor dua dari 10 mobil termahal di dunia saat ini.
Karena harganya supermahal itu, MB mengincar pembeli yang merupakan orang-orang superkaya, ‘gila’, dan punya nyali tancap gas, sekaligus ingin merasakan kecepatan mobil balap seperti Formula.
Hanya 75 Unit
Sebagai mobil supermahal, MB tidak membuat SLR Stirling Moss secara massal. Menurut perusahaan tersebut, mobil yang menggabungkan unsur desain klasik dan modern ini hanya akan diproduksi 75 unit. Tidak lebih! Pembuatannya dimulai Mei tahun depan atau diproduksi antara Juni dan Desember 2009. Berminat?
Bisa jadi muncul pertanyaan dari sebagian dari kita: Apanya sih yang membuat mobil ini dihargai begitu mahal?
Unsur yang menyebabkan mobil ini supermahal, antara lain, teknologi dan jumlahnya yang terbatas, nama Stirling Moss sebagai legenda balap, dan eksklusivitas di jajaran mobil super-elite.
Dari segi kemampuan, SLR Stirling Moss termasuk hebat. Sumber penggeraknya adalah mesin V8 yang menghasilkan tenaga 650 PS dengan kemampuan dikebut dari 0-100 km/jam hanya 3,5 detik. Tambahan lain, kecepatan tertingginya 350 km/jam.
MB sangat membanggakan SLR edisi khusus ini. Pasalnya, saat ini belum ada mobil produksi lain yang tampil dengan konsep seekstrem ini. Bagi MB, mobil ini dipersembahkan sekaligus menghormati prestasi hebat yang dicapai oleh pembalap legenda Inggris, Stirling Moss.
Kemenangan demi kemenangan yang diraih Stirling Moss—terutama pada 1955—menggunakan Mercy SLR. Bahkan dengan mobil tersebut, Stirling Moss sampai saat ini masih memegang rekor Mille Miglia dengan rekor waktu 10 jam 7 menit 48 detik.
Sebelumnya pada 1950, Mercy SLR300 juga memenangkan berbagai balapan, antara lain Eifel, Targa Florio, dan Tourist Trophy dengan ‘sopir’ tak kalah fenomenal, Manuel Fangio dan Karl Kling.
“New SLR Stirling Moss menggabungkan karakter SLR sekarang dengan kehebatan SLR 1955,” begitu umbar MB dalam rilisnya.
Bodi ‘Stand Slone’
Nilai sesungguhnya dari SLR baru ini adalah desainnya yang baru, teknologi yang inovatif, dan menggunakan material ‘highclass’. Silver Arrow baru tidak lagi dilengkapi atap dan kaca depan. Hanya ada dua deflektor angin dengan ketinggian beberapa sentimeter untuk melindungi pengemudi dan penumpang dari terpaan udara saat meluncur pada kecepatan tinggi, terutama di trek lurus.
Di belakang pengemudi dan penumpang ada dua corong udara yang disatukan pada bodi. Bagian ini ditugaskan sebagai pengaman atau roll bar. Dengan konsep ekstrem inilah MB berani mengatakan SLR Stirling Moss berbeda dibandingkan dengan mobil sport kelas atas atau elite lainnya.
Seluruh bodi SLR Stirling Moss dibuat dari serat karbon ringan dengan konsep desain “stand alone”. Para desainer MB yang dipercaya menangani mobil ini diminta fokus memperhatikan satu komponen saja sehingga diperoleh hasil kerja yang sempurna.
Jadi, wajar saja MB menggunakan mobil ini sebagai simbol status, gengsi sebagai produsen mobil hebat di dunia, karena bagaimanapun, SLR yang mereka buat pada 1950-an, sekarang masih dianggap sebagai ikon oleh para desainer mobil dunia.
SLR Stirling Moss dirancang dengan bentuk panah, kap mesin yang panjang, dan bagian belakang yang berotot. Karena tidak ada kaca depan, eksterior dan interior jadi menyatu. Kap mesin juga menjadi bagian interior. Sosok mobil ini tampak ramping. Bahkan ketika diam, mobil sport ini memancarkan dinamika sport yang sangat kuat.
Ditambahkan oleh MB, mobil ini mengabungkan gaya tradisional dan modern. Sayap dengan kontur bertenaga. Juga ada ‘insang’ ventilasi yang dicat hitam berada di bodi samping, sedangkan kap mesin dirancang untuk menampilkan kembali sosok legenda SLR ‘jadul’.
Penampilan lampu dengan teknologi masa kini digabungkan dengan garis-garis ekpresif untuk menambah kesan dinamis. Skirt samping dipasang pada posisi sangat tinggi, sedangkan kedua pintu membuka dengan bergerak ke arah depan.
Perlengkapan tambahan mobil ini dua tonneau (dibaca: ta’-no) untuk menutup kabin pengemudi dan penumpangnnya. Bila tidak digunakan, tonneau disimpan di bagasi. Cukup menarik, ketika kedua tonneau dipasang dan pintu ditutup, SLR Stirling Moss adalah sosok atau sebuah karya seni ukur yang hebat.
Menjaga keaslian
Untuk menjaga eksterior tetap asli, interior dibiarkan terbuka dan tidak banyak pernak-perniknya. Permukaan yang menonjol pada panel instrumen dan pintu dibuat dengan daya tarik khas untuk menciptakan resonansi kesempurnaan.
Materi yang digunakan juga berkualitas tinggi, antara lain serat karbon, aluminium, dan kulit. Pelat aluminium digunakan untuk mencantumkan tanda tangan Stirling Moss yang dibuat dengan seni ukir tingkat tinggi dan ditaruh pada panel tuas transmisi.
Konsep lain yang diaplikasikan adalah aerodinamika dengan kolong tertutup dan difuser di bumper belakang. Difuser dimanfaatkan untuk memperoleh downforce atau daya cengkeram ban secara maksimum pada permukaan jalan. Khusus untuk Stirling Moss, ukuran difuser-nya lebih besar.
Untuk memastikan rem bekerja efektif, MB melengkapi SLR ini dengan rem angin (airbrake) yang dapat dioperasikan secara manual. Rem angin juga berfungsi menambah daya pengereman bila mobil melaju di atas 120 km/jam sekaligus bertugas menjaga stabilitas!
ZBJ
Source : Kompas.com
|
|
|
|
---|
No comments:
Post a Comment